Rasulullah SAW bersabda : "Sesungguhnya kejujuran itu mengantarkan pada kebaikan dan kebaikan itu mengantarkan ke surga. Sesungguhnya seseorang yang senantiasa berkata jujur hingga dia disebut sebagai "shiddiq" dan sesungguhnya dusta itu mengantarkan pada kejahatan dan kejahatan itu mengantarkan ke neraka. Sesungguhnya seseorang yang senantiasa berdusta dia akan dituliskan di sisi Allah SWT sebagai "kadzdzab" (sang pendusta)". (HR. Bukhari dan Muslim) Anas RA berkata, "Dalam hampir setiap khutbahnya, Nabi SAW selalu berpesan tentag kejujuran. Beliau bersabda, 'Tidak ada iman bagi orang yang tidak jujur. Tidak ada agama bagi orang yang tidak konsisten memenuhi janji'." (HR Ahmad, Bazzar, Thobroni) Rosululloh bersabda ;" tinggalkanlah urusan yang meragukanmu, lakukanlah suatu pekerjaan yang tak meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran itu menyebabkan ketenangan sedangkan dusta menyebabkan kebimbangan( keraguan.)" (HR.Turmudzi) Sungguh beruntung orang orang yang jujur dia begitu mulia dihadapan Allah. Tapi mengapa dari sekian banyak orang lebih banyak berdusta ketimbang berbuat jujur. Parahnya lagi kita malah sering berbohing kepada tuhan (Allah), padahak kita sama ketahui kalau dia itu maha mengetahui atas segala yang kita lakukan. Maka tak heran. Dari hadits tentang kejujuran yang tertera diatas dapat disimpulkan bahwa kejujuran itu sangatlah istimewa, bahkan Nabi SAW sendiri menyampaikanya hamper di setiap khutbahnya. Untuk itu janganlah takut untuk berkata jujur, karna kejujuran itu sendiri mengantarkan kepada kebaikan dan kebaikan itu mengantarkan ke syurga. Sungguh ini perbuatan yang amat sederhana tapi dapat membawa kita ke tempat yang sangat istimewa dan yang selalu diinginkan oleh hamper semua orang yaitu syurga. Dan pesan saya mari budayakan sipat jujur unutk membangun bangsa ini. Sehinga kita menjadi bangsa yang maju, makmur dan sejahtera
Kebudayaan zaman batu terbagi lagi
menjadi kebudayaan zaman batu tua (palaeolithikum), kebudayaan batu
madya (mesolithikum), kebudayaan batu muda (neolithikum), dan
kebudayaan batu besar (megalithikum).
1.
Kebudayaan Batu Tua (Palaeolithikum)
Alat-alat hasil kebudayaan zaman
batu tua antara lain.
a.
Kapak Perimbas
Kapak ini terbuat dari batu, tidak
memiliki tangkai, digunakan dengan cara menggengam. Dipakai untuk menguliti
binatang, memotong kayu, dan memecahkan tulang binatang buruan. Kapak perimbas
banyak ditemukan di daerah-daerah di Indonesia, termasuk dalam Kebudayaan
Pacitan. Kapak perimbas dan kapak genggam dibuat dan digunakan oleh jenis
manusia purba Pithecantropus.
b.
Kapak Genggam
Kapak genggam memiliki bentuk hampir
sama dengan jenis kapak penetak dan perimbas, namun bentuknya jauh lebih kecil.
Fungsinya untuk membelah kayu, menggali umbi-umbian, memotong daging hewan
buruan, dan keperluan lainnya. Pada tahun 1935, peneliti Ralph von
Koenigswald berhasil menemukan sejumlah kapak genggam di Punung, Kabupaten
Pacitan, Jawa Timur. Karena ditemukan di Pacitan maka disebut Kebudayaan
Pacitan.
c.
Alat-alat Serpih (Flakes)
Alat-alat serpih terbuat dari
pecahan-pecahan batu kecil, digunakan sebagai alat penusuk, pemotong daging,
dan pisau. Alatalat serpih banyak ditemukan di daerah Sangiran, Sragen, Jawa
Tengah, masih termasuk Kebudayaan Ngandong.
d.
Perkakas dari Tulang dan Tanduk
Perkakas tulang dan tanduk hewan
banyak ditemukan di daerah Ngandong, dekat Ngawi, Jawa Timur. Alat-alat itu
berfungsi sebagai alat penusuk, pengorek, dan mata tombak. Oleh peneliti
arkeologis perkakas dari tulang disebut sebagai Kebudayaan Ngandong.
Alat-alat serpih dan alat-alat dari tulang dan tanduk ini dibuat dan digunakan
oleh jenis manusia purba Homo Soloensis dan Homo Wajakensis.
2.
Kebudayaan Batu Madya (Mesolithikum)
Kebudayaan batu madya ditandai oleh
adanya usaha untuk lebih menghaluskan perkakas yang dibuat. Dari penelitian
arkeologis kebudayaan batu madya di Indonesia memiliki persamaan kebudayaan
dengan yang ada di daerah Tonkin, Indochina (Vietnam). Diperkirakan bahwa
kebudayaan batu madya di Indonesia berasal dari kebudayaan di dua daerah yaitu
Bascon dan Hoabind. Oleh karena itu pula kebudayaan dinamakan Kebudayaan Bascon
Hoabind. Hasil-hasil kebudayaan Bascon Hoabind, antara lain berikut ini.
a.
Kapak Sumatra (Pebble)
Bentuk kapak ini bulat, terbuat dari
batu kali yang dibelah dua. Kapak genggam jenis ini banyak ditemukan di
Sepanjang Pantai Timur Pulau Sumatera, antara Langsa (Aceh) dan Medan.
b.
Kapak Pendek (Hache courte)
Kapak Pendek sejenis kapak genggam
bentuknya setengah lingkaran. Kapak ini ditemukan di sepanjang Pantai Timur
Pulau Sumatera.
c.
Kjokkenmoddinger
Kjokkenmoddinger berasal dari bahasa Denmark, Kjokken berarti dapur dan
modding artinya sampah. Jadi, kjokkenmoddinger adalah sampah dapur berupa
kulit-kulit siput dan kerang yang telah bertumpuk selama beribu-ribu tahun
sehingga membentuk sebuah bukit kecil yang beberapa meter tingginya. Fosil
dapur sampah ini banyak ditemukan di sepanjang Pantai Timur Pulau Sumatera.
d.
Abris sous roche
Abris sous roche adalah gua-gua batu karang atau ceruk yang digunakan
sebagai tempat tinggal manusia purba. Berfungsi sebagai tempat tinggal.
e.
Lukisan di Dinding Gua
Lukisan di dinding gua terdapat di
dalam abris sous roche. Lukisan menggambarkan hewan buruan dan cap tangan
berwarna merah. Lukisan di dinding gua ditemukan di Leang leang, Sulawesi
Selatan, di Gua Raha, Pulau Muna, Sulawesi Tenggara, di Danau Sentani, Papua.
3.
Kebudayaan Batu Muda (Neolithikum)
Hasil kebudayaan zaman batu muda
menunjukkan bahwa manusia purba sudah mengalami banyak kemajuan dalam
menghasilkan alat-alat. Ada sentuhan tangan manusia, bahan masih tetap dari
batu. Namun sudah lebih halus, diasah, ada sentuhan rasa seni. Fungsi alat yang
dibuat jelas untuk pengggunaannya. Hasil budaya zaman neolithikum, antara lain.
a.
Kapak Persegi
Kapak persegi dibuat dari batu
persegi. Kapak ini dipergunakan untuk mengerjakan kayu, menggarap tanah, dan
melaksanakan upacara. Di Indonesia, kapak persegi atau juga disebut beliung
persegi banyak ditemukan di Jawa, Kalimantan Selatan, Sulawesi, dan
Nusatenggara.
b.
Kapak Lonjong
Kapak ini disebut kapak lonjong
karena penampangnya berbentuk lonjong. Ukurannya ada yang besar ada yang kecil.
Alat digunakan sebagai cangkul untuk menggarap tanah dan memotong kayu atau
pohon. Jenis kapak lonjong ditemukan di Maluku, Papua, dan Sulawesi Utara.
c.
Mata Panah
Mata panah terbuat dari batu yang
diasah secara halus. Gunanya untuk berburu. Penemuan mata panah terbanyak di
Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.
d.
Gerabah
Gerabah dibuat dari tanah liat.
Fungsinya untuk berbagai keperluan.
e.
Perhiasan
Masyarakat pra-aksara telah mengenal
perhiasan, diantaranya berupa gelang, kalung, dan anting-anting. Perhiasan
banyak ditemukan di Jawa Barat, dan Jawa Tengah.
f.
Alat Pemukul Kulit Kayu
Alat pemukul kulit kayu digunakan
untuk memukul kulit kayu yang akan digunakan sebagai bahan pakaian. Adanya alat
ini, membuktikan bahwa pada zaman neolithikum manusia pra-aksara sudah mengenal
pakaian.
4.
Kebudayaan Batu Besar (Megalithikum)
Istilah megalithikum berasal
dari bahasa Yunani, mega berarti besar dan lithos artinya batu. Jadi,
megalithikum artinya batubatu besar. Manusia pra-aksara menggunakan batu
berukuran besar untuk membuat bangunan-bangunan yang berfungsi sebagai tempat
pemujaan kepada roh-roh nenek moyang. Bangunan didirikan untuk kepentingan
penghormatan dan pemujaan, dengan demikian bangunan megalithikum berkaitan erat
dengan kepercayaan yang dianut masyarakat pra-aksara pada saat itu. Bangunan
megalithikum tersebar di seluruh Indonesia. Berikut beberapa bangunan
megalithikum.
a.
Menhir
Menhir adalah sebuah tugu dari batu
tunggal yang didirikan untuk upacara penghormatan roh nenek moyang. Menhir
ditemukan di Sumatera Selatan, Sulawesi Tengah, dan Kalimantan.
b.
Sarkofagus
Sarkofagus adalah peti mayat yang
terbuat dari dua batu yang ditangkupkan. Peninggalan ini banyak ditemukan di
Bali.
c.
Dolmen
Dolmen adalah meja batu tempat
menaruh sesaji, tempat penghormatan kepada roh nenek moyang, dan tempat
meletakan jenazah. Daerah penemuannya adalah Bondowoso, Jawa Timur.
d.
Peti Kubur Batu
Peti Kubur Batu adalah lempengan
batu besar yang disusun membentuk peti jenazah. Peti kubur batu ditemukan di
daerah Kuningan, Jawa Barat.
e.
Waruga
Waruga adalah peti kubur batu
berukuruan kecil berbentuk kubus atau bulat yang dibuat dari batu utuh. Waruga
banyak ditemukan di daerah Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara.
f.
Arca
Arca adalah patung terbuat dari batu
utuh, ada yang menyerupai manusia, kepala manusia, dan hewan. Arca banyak
ditemukan di Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
g.
Punden Berundak
Punden berundak-undak merupakan
tempat pemujaan. Bangunan ini dibuat dengan menyusun batu secara bertingkat,
menyerupai candi. Punden berundak ditemukan di daerah Lebak Sibeduk, Banten
Selatan.
5.
Kebudayaan Zaman Logam
Kebudayaan perunggu di Indonesia
diperkirakan berasal dari daerah bernama Dongson di Tonkin, Vietnam. Kebudayaan
Dongson datang ke Indonesia kira-kira abad ke 300 SM di bawa oleh manusia sub
ras Deutro Melayu (Melayu Muda) yang mengembara ke wilayah Indonesia.
Hasil-hasil kebudayaan zaman logam, antara lain.
a.
Nekara
Nekara adalah tambur besar yang
berbentuk seperti dandang yang terbalik. Benda ini banyak ditemukan di Bali,
Nusatenggara, Maluku, Selayar, dan Irian.
b.
Moko
Nekara yang berukuran lebih kecil,
ditemukan di Pulau Alor, Nusatenggara Timur. Nekara dan Moko dianggap sebagai
benda keramat dan suci.
c.
Kapak Perunggu
Kapak perunggu terdiri beberapa
macam, ada yang berbentuk pahat, jantung, dan tembilang. Kapak perunggu juga
disebut sebagai kapak sepatu atau kapak corong. Daerah penemuannya Sumatera
Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah, dan Irian. Kapak perunggu dipergunakan
untuk keperluan sehar-hari.
d.
Candrasa
Sejenis kapak namun bentuknya indah
dan satu sisinya panjang, ditemukan di Yogyakarta. Candrasa dipergunakan untuk
kepentingan upacara keagamaan dan sebagai tanda kebesaran.
e.
Perhiasan Perunggu
Benda-benda perhiasan perunggu
seperti gelang tangan, gelang kaki, cincin, kalung, bandul kalung pada masa
perundagian, banyak ditemukan di daerah Jawa Barat, Jawa Timur, Bali dan
Sumatera.
f.
Manik-manik
Manik-manik adalah benda perhiasan
terdiri berbagai ukuran dan bentuk. Manik-manik dipergunakan sebagai perhiasan
dan bekal hidup setelah seseorang meninggal dunia. Bentuknya ada silider, segi
enam, bulat, dan oval. Daerah penemuannya di Sangiran, Pasemah, Gilimanuk,
Bogor, Besuki, dan Buni.
g. Bejana Perunggu
Bejana perunggu adalah benda yang
terbuat dari perunggu berfungsi sebagai wadah atau tempat menyimpan makanan.
Bentuknya bulat panjang dan menyerupai gitar tanpa tangkai. Benda ini ditemukan
di Sumatera dan Madura.
h
. Arca Perunggu
Benda bentuk patung yang terbuat
dari perunggu menggambar orang yang sedang menari, berdiri, naik kuda, dan
memegang panah. Tempat-tempat penemuan di Bangkinang (Riau), Lumajang, Bogor,
dan Palembang.
Komentar
Posting Komentar