Biaya anggaran kualitas

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH
Dewasa ini, hampir setiap perusahaan mencurahkan perhatiannya terhadap kualitas produk mereka. Hal ini disebabakan oleh fakta bahwa adanya produk-produk yang tidak berkualitas atau bahkan cacat akan menjadikan perusahaan menanggung biaya garansi yang tinggi dan menghadapi risiko ketidakpuasan pelanggan. Pelanggan yang tidak puas terhadap suatu produk, tentu tidak akan membeli lagi produk tersebut. Lebih dari itu, pelanggan tersebut akan menceritakan ketidakpuasannya tersebut kepada konsumen yang lain sehingga produsen barang tersebut akan kehilangan pelanggan-pelanggannya.
Untuk mencegah hal semacam itu, perusahaan-perusahaan melakukan upaya optimal untuk mencegah, mendeteksi, dan menindaklanjuti adanya produk-produk yang tidak berkualitas maupun cacat. Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk melakukan upaya-upaya tersebut dikenal sebagai biaya kualitas (quality cost).
Sehubungan dengan peran penting biaya kualitas tersebut, maka dari itu dalam makalah ini membahas mengenai hal-hal yang terkait dengan biaya kualitas. Pembahasan dilakukan dalam enam sub bab yang dimulai dari definisi biaya kualitas, dilanjutkan dengan pembahasan jenis-jenis biaya kualitas, konsep biaya kualiatas, perilaku biaya kualitas, sistem manajemen kualitas internasional, serta tujuan dan manfaat biaya kualitas. Makalah ini juga dibuat untuk memenuhi salah satu nilai tugas mata kuliah manajemen mutu dan produktivitas.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa Definisi Biaya Kualitas?
2. Apa saja Jenis-jenis Biaya Kualitas?
3. Bagaimana Konsep Biaya Kualiatas?
4. Bagaimana Perilaku Biaya Kualitas?
5. Bagaimana Sistem Manajemen Kualitas Internasional?
6. Apa Tujuan dan Manfaat Biaya Kualitas?

C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan dari makalah ini diantaranya:
1. Untuk Mengetahui Definisi Biaya Kualitas.
2. Untuk Mengetahui Jenis-jenis Biaya Kualitas.
3. Untuk Mengetahui Konsep Biaya Kualiatas.
4. Untuk Mengetahui Mengenai Perilaku Biaya Kualitas.
5. Untuk Mengetahui Sistem Manajemen Kualitas Internasional.
6. Untuk Mengetahui Tujuan dan Manfaat Biaya Kualitas.



BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. DEFINISI BIAYA KUALITAS
Biaya kualitas adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan pencegahan, pengidentifikasian, perbaikan, dan pembentukan produk yang berkualitas rendah, dan dengan “opportunity cost” dari hilangnya waktu produksi dan penjualan sebagai akibat rendahnya kualitas.  Sedang menurut Supriyono biaya kualitas adalah biaya yang terjadi atau mungkin akan terjadi karena mutu yang buruk. Jadi, biaya kualitas adalah biaya yang berhubungan dengan pengidentifikasian, perbaikan, dan pencegahan kerusakan.
Dalam kontek biaya kualitas ini menajemen dianggap mengetahui standar kualitas yang diingikan pasar. Hal ini, didapat dari riset pasar, perilaku konsumen, serta penanganan keluhan dari konsumen.

B. JENIS-JENIS BIAYA KUALITAS
Menurut Blocher jenis atau pengelompokkan biaya kualitas terbagi menjadi beberapa bagian yaitu:
1. Biaya Pencegahan
Biaya ini muncul untuk mencegah terjadinya kualitas buruk dalam produk atau jasa yang dihasilkan. Biaya pencegahan ini meliputi:
a. Biaya Pelatihan Kualitas
Biaya pelatihan kualitas merupakan pengeluaran-pengeluaran untuk program pelatihan internal dan eksternal, yang meliputi: upah dan gaji yang dibayarkan dalam pelatihan, biaya instruksi, biaya pelatihan eksternal, gaji dan upah pelatihan serta macam-macam biaya untuk menyiapkan buku pegangan dan manual instruksi.

2. Biaya Perencanaan Kualitas
Biaya perencanaan kualitas merupakan upah untuk perencanaan kualitas, lingkaran kualitas, desain prosedur baru, desain peralatan baru untuk meningkatkan kualitas, kehandalan dan evaluasi supplier.
3. Biaya Pemeliharaan Peralatan
Biaya pemeliharaan peralatan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memasang, menyesuaikan, mempertahankan, memperbaiki, dan menginspeksi peralatan produk, proses, dan sistem.
4. Biaya Penjaminan Supplier
Biaya penjaminan supplier merupakan biaya yang dikeluarkan untuk mengembangkan kebutuhan dan pengukuran data, auditing, dan pelaporan kualitas.
5. Biaya Penilaian
Biaya penilaian muncul untuk menentukan apakah produk atau jasa sesuai dengan kebutuhan pelanggan atau spesifikasi mereka. Biaya-biaya ini muncul setelah produksi selesai tetapi sebelum penjualan, untuk memastikan bahwa semua unit yang dihasilkan sesuai dengan syarat yang diminta oleh pelanggan. Biaya penilaian meliputi:
a. Biaya Pengujian dan Inspeksi
Biaya pengujian dan inspeksi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menguji dan menginspeksi barang yang akan datang, produk dalam proses, dan produk jadi atau jasa.
b. Peralatan dan Pengujian
Peralatan dan pengujian merupakan pengeluaran yang terjadi untuk memperoleh, mengoperasikan, dan mempertahankan fasilitas, software, mesin dan peralatan pengujian atau penilaian kualitas produk, jasa atau proses.
c. Audit Kualitas
Audit kualitas merupakan gaji atau upah semua orang yang terlibat dalam penilaian kualitas produk dan jasa dan pengeluaran lain selama penilaian kualitas.
d. Pengujian Secara Laborat
Pengujian secara laborat merupakan pengeluaran yang terjadi untuk melakukan pengujian suatu produk dalam laborat.
e. Pengujian Produk
Pengujian produk merupakan pengeluaran yang terjadi berkaitan dengan dengan pengujian kesesuaian hasil produk dengan standar perusahaan, termasuk pengepakan dan pengiriman.
6. Biaya Kegagalan Internal
Biaya kegagalan internal timbul karena produk dan jasa tidak sesuai dengan spesifikasi dan kebutuhan pelanggan. Ketidaksesuaian ini dideteksi sebelum produk dan jasa dikirim ke pihak luar. Biaya kegagalan internal meliputi:
a. Biaya Tindakan Koreksi
Biaya tindakan koreksi merupakan biaya untuk waktu yang dihabiskan dalam menemukan penyebab kegagalan dan untuk mengoreksi masalah.
b. Biaya Pengerjaan Kembali (Rework) dan Biaya Sisa Produksi (Scarp)
Biaya pengerjaan kembali (rework) dan biaya sisa produksi (scarp) merupakan bahan, tenaga kerja langsung dan overhead untuk sisa produksi, pengerjaan kembali dan inspeksi ulang.
c. Biaya Proses
Biaya proses merupakan biaya yang dikeluarkan untuk mendesain ulang produk atau proses pemberhentian mesin yang tidak direncanakan dan gagalnya produksi karena ada penyelaan proses untuk perbaikan dan pengerjaan kembali.
d. Biaya Inspeksi dan Pengujian Ulang
Biaya inspeksi dan pengujian ulang merupakan gaji, upah dan biaya yang dikeluarkan selama inspeksi ulang atau pengujian ulang produk-produk yang telah diperbaiki.
7. Biaya Kegagalan Eksternal
Biaya kegagalan eksternal muncul kerena produk dan jasa gagal memenuhi persyaratan atau memenuhi harapan pelanggan setelah  produk atau jasa dikirim ke pelanggan. Biaya-biaya ini meliputi:
a. Biaya untuk Menangani Keluhan dan Pengembalian dari Pelanggan
Gaji dan overhead administrasi untuk departemen pelayanan kepada pelanggan, memperbaiki produk yang dikembalikan, cadangan atau potongan untuk kualitas rendah, dan biaya angkut.

b. Biaya Penarikan Kembali Produk
Biaya admnistrasi untuk menangani pengembalian produk, perbaikan atau penggantian, biaya hukum, dan biaya penyelesaian hukum.
c. Produk yang Hilang Karena Produk yang Tidak Memuaskan
Margin kontribusi yang hilang karena pesanan yang tertunda, produk yang hilang dan menurunnya pangsa pasar.
Dari keadaan tersebut, secara garis besar biaya kualitas dibagi menjadi dua bagian, yaitu biaya pengendalian dan biaya kegagalan. Biaya pengendalian dikaitkan dengan upaya perusahaan dalam meminimalkan kerusakan yang terjadi pada produk selama proses produksi berlangsung. Yang termasuk biaya pengendalian meliputi dua biaya, yaitu biaya pencegahan dan biaya penilaian. sedangkan biaya kegagalan timbul selama proses produk (internal) dan pada saat  produk dikirim (eksternal).

C. KONSEP BIAYA KUALIATAS
1. Kualitas Kesesuaian
Garrison menjelaskan bahwa produk yang memenuhi atau melebihi spesifikasi desain serta bebas dari cacat yang mungkin mempengaruhi penampilan atau mengurangi kinerjanya disebut sebagai produk yang memiliki kualitas kesesuaian (quality of conformance) yang tinggi.
Garvin menyatakan bahwa produk atau jasa yang berkualitas adalah yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan dalam 8 dimensi yaitu sebagai berikut:
a. Kinerja (Performance)
Dimensi kinerja untuk jasa dapat didefinisikan lebih jauh sebagai atribut daya tangkap, kepastian, dan empati. Daya tangkap (responsiveness) adalah keinginan untuk membantu pelanggan dan menyediakan pelayanan yang konsisten dan bersifat segera. Kepastian (assurance) mengacu pada pengetahuan dan keramahan karyawan serta kemampuan mereka dalam membangun kepercayaan dan keyakinan pelanggan. Empati (emphaty) berarti peduli dan memberikan perhatian secara individual terhadap pelanggan.
b. Estetika (Aesthetics)
Estetika berhubungan dengan penampilan wujud produk (misalnya, gaya dan keindahan) serta penampilan fasilitas, peralatan, pegawai, dan materi komunikasi yang berkaitan dengan jasa.
c. Kemudahan perawatan dan perbaikan (Serviceability)
Kemudahan perawatan dan perbaikan berkaitan dengan tingkat kemudahan merawat dan memperbaiki produk.
d. Fitur (Features)
Fitur adalah karakteristik produk yang berbeda dari produk-produk sejenis yang fungsinya sama.
e. Keandalan (Reliability)
Keandalan adalah probabilitas produk atau jasa menjalankan fungsi seperti yang dimaksudkan dalam jangka waktu tertentu.
f. Tahan lama (Durability)
Tahan lama didefinisikan sebagai jangka waktu produk dapat berfungsi.
g. Kualitas kesesuaian (Quality of Conformance)
Kualitas kesesuaian adalah ukuran mengenai apakah sebuah produk telah memenuhi spesifikasinya atau tidak.
h. Kecocokan penggunaan (Fitness for Use)
Kecocokan pengguanaan adalah kecocokan dari suatu produk mejalankan fungsi-fungsi sebagaimana yang diiklankan.
Empat dimensi pertama dari kedelapan dimensi di atas merupakan atribut kualitas yang penting, tetapi sulit untuk diukur. Kinerja mengacu pada konsistensi dan seberapa baik fungsi-fungsi sebuah produk. Dalam jasa, prinsip tidak terpisahkan (inseparability principle) mengandung arti bahwa jasa dilakukan secara langsung dihadapan pelangan.
Dengan demikian, perbaikan kualitas merupakan perbaikan satu atau lebih dari delapan dimensi tersebut sambil tetap mempertahankan kinerja dimensi lainnya. Dengan menyediakan produk yang lebih berkualitas daripada produk pesaing, berarti perusahaan telah mengungguli produk pesaing setidaknya dalam satu dimensi. Sedangkan kinerja dimensi-dimensi lainnya tetap setara.
2. Optimalisasi Biaya Kualitas
Manajer bertanggung jawab untuk menentukan tingkat biaya kualitas yang optimal dan menentukan proporsinya disetiap kelompok biaya kualitas. Ada dua pandangan terkait dengan optimalisasi biaya kualitas, yaitu:
a. Tingkat kualitas dapat diterima (acceptable quality view)
Pandangan ini berpendapat bahwa terdapat trade off antara biaya pengendalian dan biaya kegagalan. Jika biaya pengendalian meningkat maka biaya kegagalan berkurang. Oleh karena itu, selama penurunan biaya kegagalan lebih besar dibandingkan peningkatan biaya pengendalian maka perusahaan dapat terus melanjutkan usahanya untuk mencegah/mendeteksi unit yang tidak sesuai dengan spesifikasi. Namun, pada akhirnya akan tercapai suatu titik optimal dimana peningkatan biaya pencegahan tidak mampu lagi menghasilkan pengurangan biaya kegagalan yang lebih tinggi. Titik ini menunjukkan tingkat minimum dari total biaya kualitas dan disebut tingkat kualitas dapat diterima (acceptable quality level/AQL).
b. Tingkat kerusakan nol (zero defect view)
Pandangan ini berpendapat bahwa unit yang rusak/cacat harus diminimumkan sampai tidak ada lagi (nol). Sesuai dengan robust quality model, kerugian berasal dari produk yang tidak sesuai dengan target kualitas produksi. Semakin besar perbedaannya dengan target, semakin besar kerugian. Adanya ketidaksesuaian realisasi dengan target akan menimbulkan biaya. Oleh karena itu, tidak ada manfaat ditetapkannya batasan tertentu terhadap tingkat kualitas yang dapat diterima. Bahkan hal tersebut bisa menjerumuskan perusahaan. Tingkat optimal bagi biaya kualitas adalah pada saat produk diproduksi sesuai dengan target kualitas sehingga tidak ada lagi produk yang cacat/rusak.
3. Sifat Dinamis Biaya Kualitas
Ketika perusahaan menambah biaya pencegahan dan penilaian serta menurunkan biaya kegagalan, selanjutnya mereka dapat mengurangi biaya pencegahan dan penilaiannya. Sesuatu yang awalnya berbanding terbalik berubah menjadi pengurangan yang permanen di semua kategori biaya kualitas.
Menurut Hansen dan Mowen, strategi untuk menekan biaya kualitas adalah cukup sederhana, yaitu: 1) lakukan serangan langsung terhadap biaya kegagalan untuk memaksanya menuju titik nol, 2) lakukan investasi pada kegiatan pencegahan yang “tepat” untuk menghasilkan perbaikan, 3) kurangi biaya penilaian sesuai dengan hasil yang dicapai, dan 4) lakukan evaluasi secara berkelanjutan dan arahkan kembali upaya pencegahan untuk mendapatkan perbaikan lebih lanjut. Strategi ini didasarkan pada premis bahwa:  (a) dalam setiap kegagalan selalu ada akar penyebabnya, (b) suatu penyebab dapat dicegah, dan (c) pencegahan selalu lebih murah.

D. PERILAKU BIAYA KUALITAS
Kualitas dapat diukur berdasar biayanya, perusahaan menginginkan agar biaya kualitas turun, namun dapat mencapai kualitas yang lebih tinggi, setidak-tidaknya sampai dengan titik tertentu. Memang, jika standar kerusakan nol dapat dicapai, perusahaan masih harus menanggung biaya pencegahan dan penilaian. Suatu perusahaan dengan program pengelolaan kualitas yang dapat barjalan dengan baik, menurut pakar kualitas biayanya tidak lebih dari 2,5 % dari penjualan.
Standar 2,5% tersebut mencakup biaya kualitas secara total sedangkan biaya untuk setiap elemen secara individual lebih kecil dari jumlah tersebut. Setiap organisasi harus menentukan standar yang tepat untuk setiap elemen secara individual. Anggaran dapat digunakan untuk menentukan besarnya standar biaya kualitas setiap elemen secara individual sehingga biaya kualitas total yang dianggarkan tidak lebihdari 2,5 % dari penjualan.
Perusahaan harus dapat mengidentifikasi perilaku setiap elemen biaya kualitas secarain dividual. Sebagian biaya kualitas bervariasi dengan penjualan, namun sebagian lainnya tidak. Agar laporan kinerja kualitas dapat bermanfaat, maka:
1. Biaya kualitas harus digolongkan ke dalam biaya variabel dan biaya tetap dihubungkan dengan penjualan.
2. Untuk biaya variabel, penyempurnaan kualitas dicerminkan oleh pengurangan rasio biaya variabel. Pengukuran kinerja dapat menggunakan salah satu dari dua cara berikut:
a. Rasio biaya variabel pada awal dan akhir periode tertentu dapat digunakan untuk menghitung penghematan biaya sesungguhnya, atau kenaikan biaya sesungguhnya.
b. Rasio biaya dianggarkan dan rasio sesungguhnya dapat juga digunakan untuk mengukur kemajuan ke arah pencapaian sasaran periodik.
3. Untuk biaya tetap, penyempurnaan biaya kualitas dicerminkan oleh perubahan absolut jumlah biaya tetap.
Biaya kualitas dievaluasi dengan membandingkan biaya sesungguhnya dengan biaya yang dianggarkan. Pembandingan biaya kualitas tetap menggunakan jumlah absolut biaya yang sesungguhnya dibelanjakan dengan yang dianggarkan. Sedangkan biaya kualitas variabel dapat dibandingkan dengan menggunakan persentase dari penjualan, atau jumlah rupiah biaya, atau kedua-duanya. Apabila manajer terbiasa berhadapan dengan jumlah absolut atau jumlah rupiah, maka pendekatan yang terbaik adalah dengan membandingkan jumlah rupiah biaya dengan dilengkapi ukuran persentase. Perhitungan persentase ini dapat memberikan informasi pada manajemen mengenai seberapa baik standar biaya kualitas sebesar 2,5 % dapat tercapai.

E. SISTEM MANAJEMEN KUALITAS INTERNASIONAL
1. Definisi Sistem Manajemen Kualitas Internasional
Sistem Manajemen Mutu (SMM) adalah sebuah sistem yang bertujuan untuk meningkatkan kepuasaan pelanggan dan memungkinkan perbaikan yang berkelanjutan. Salah satu jenis SMM yang sangat populer dan mungkin paling banyak diterapkan di seluruh dunia adalah SMM yang dikeluarkan oleh Organisasi Standar Internasional (International Standard Organization, ISO). ISO menetapkan standar untuk SMM dengan seri 9000, sehingga dikenal dengan sebutan ISO 9000.
ISO 9000 adalah kumpulan standar untuk sistem manajemen mutu (SMM). ISO 9000 yang dirumuskan oleh TC 176 ISO, yaitu organisasi internasional di bidang standardisasi. ISO 9000 pertama kali dikeluarkan pada tahun 1987 oleh International Organization for Standardization Technical Committee (ISO/TC) 176. ISO/TC inilah yang bertanggungjawab untuk standar-standar sistem manajemen mutu. ISO/TC 176 menetapkan siklus peninjauan ulang setiap lima tahun, guna menjamin bahwa standar-standar ISO 9000 akan menjadi up to date dan relevan untuk organisasi. Revisi terhadap standar ISO 9000 telah dilakukan pada tahun 1994 dan tahun 2000.  ISO diambil dari kata “isos” (bhs Yunani) yang artinya sama atau sepadan. Oleh karena itu disebut juga standar.
ISO 9000 diperkenalkan pada tahun 1987, berisi dasar-dasar sistem manajemen kualitas dan spesifikasi terminologi dari SMM. ISO 9000:1987 kemudian direvisi menjadi 9000:1994 (tahun 1994). Pada tahun 2000 diperkenalkan ISO 9001:2000 yang berisi persyaratan-persyaratan SMM (QMS Requirements). Versi tersebut direvisi pada tahun 2008 sehingga menjadi ISO 9001:2008.
Revisi terhadap standar ISO 9000 telah dilakukan pada tahun 1994 dan tahun 2000. ISO 9000 mencakup standar-standar di bawah ini :
a. Sertifikasi ISO-9001
ISO 9001 adalah Quality Management System, atau sistem penjaminan mutu, yaitu mekanisme standar yang disusun, disepakati, dan diterapkan oleh suatu organisasi dalam menjalankan aktivitas suatu perusahaan. Sistem ISO 9001 menjelaskan bagaimana perusahaan beroperasi. Bagaimana perkerjaan mengalir dari satu aktifitas ke aktifitas lain. Penanganan pekerjaan mulai dari customer, input ke dalam masing-masing proses, dan output yang dihasilkan dari setiap proses. Parameter-parameter fisik dari hasil pekerjaan, yang menentukan apakah hasil tersebut memenuhi prasayarat kualitas yang telah ditentukan dan disepakati atau belum. Penerapan Implementasi ISO 9001 tidak hanya sekedar copy paste prosedur yang ditetapkan, jika perusahaan ingin mendapatkan nilai tambah dari pada sistem ISO 9001 maka implementasi harus benar-benar dijalankan secara maksimal dan perlu komitmen manajemen yang bagus. Oleh karnanya tugas dari pada seorang konsultan ISO 9001 tidak hanya sekedar bisa menerapkan system ISO di perusahaan terkait namun seorang konsultan ISO 9001 harus mampu memotivasi & berinovasi ke perusahaan terkait sehingga manfaat ISO 9001 benar-benar bisa di rasakan oleh seluruh karyawan & perusahaan. Yang menjadi fokus dalam Sistem Manajemen Mutu - Quality Management System ISO 9001 adalah system manajemen atau pengelolaan mutu, yg harus mengacu kepada standard internasional ISO 9001 yang dikeluarkan oleh badan standarisasi internasional atau International Organization for Standardization. ISO 9001 mengatur sistem dokumentasi organisasi terkait manajemen mutunya. Dokumen dalam system management mutu ISO 9001 biasanya berisi kebijakan mutu (Quality Policy), sasaran mutu (Quality Objectives), dan pedoman mutu (Quality Manual). Sedangkan system manajemen mutu itu sendiri mencakup antara lain: customer contracts, rekrutmen dan pelatihan karyawan, desain dan pengembangan produk dan jasa, produksi dan pengiriman produk, pemilihan pemasok (Suppliers), tanggung-jawab Manajemen, internal audit mutu, pengukuran dan pemantauan, perbaikan berkesinambungan, dan tindakan perbaikan dan pencegahan. Mutu, dalam System Manajemen Mutu - Quality Management System ISO 9001, bisa mencakup kualitas produk (Q), biaya atau Cost (C), pengiriman atau Delivey (D), keamanan/keselamatan atau safety (S) dan morale (M) atau biasa disingkat dengan QCDSM. System Manajemen Mutu - Quality Management System ISO 9001 menggunakan pendekatan proses (Process Approach), pendekatan system (system approach) dan juga menggunakan pola Plan-Do-Check-Action (PDCA) - Continual Improvement.
b. Sertifikasi ISO-9002
Sertifikasi ISO-9002, merupakan sistem manajemen kualitas atau model jaminan kualitas dalam produksi, instalasi dan pelayanan. Persyaratan dalam ssertifikasi ISO-9002 ini sama dengan persyaratan yang terdapat dalam sertifikasi ISO-9001 kecuali pengendalian desain. Oleh karena itu, sertifikasi seperti ini sangat cocok untuk perusahaan jasa yang tidak memerlukan pengendalian desain seperti: hotel, rumah sakit, asuransi, bank, lembaga pendidikan, maupun laboratorium pengetesan. Sertifikasi ISO-9002 ini digunakan bila kesesuaian terhadap persyaratan yang telah ditetapkan harus dijamin oleh perusahaan selama produksi, instalasi dan pelayanan. Perusahaan yang memproduksi barang tetapi produk tersebut dibuat dengan standar atau spesifikai pihak lain, oleh karenanya pengendalian desain tidak diterapkan.
c. Sertifikasi ISO-9003
Sertifikasi ISO-9003 merupakan sertifikasi atau model jaminan kualitas untuk inspeksi dan tes akhir. Beberapa tes persyratan yang terdapat dalam standar ini sama dengan isi persyaratan dalam sertifikasi ISO-9001 kecuali pengendalian desain, pembelian, pengendalian proses dan pelayanan yang bersifat non aplicate. Sertifikasi seperti ini merupkan standar yang kurang rinci. Standar ini dipergunakan bila kesesuaian terhadap persyaratan yang telah ditetapkan harus dijamin oleh perusahaan hanya pada tahap inspeksi dan tes akhir. Standar ini umumnya dipakai oleh laboratorium pengujian, pusat-pusat kalibrasi, dan distributor alat yang melakukan pemeriksaan dan pengujian produk yang dipasok.
d. Sertifikasi ISO-9004
Sertifikasi ISO-9004 terdiri dari delapan seri. Yaitu ISO 9004-1 sampai dengan ISO-9004-8.
1) Sertifikasi ISO-9004-1 1994, adalah elemen manajemen kualitas dan sistem kualitas bagian 1 yang berisikan panduan untuk pemilihan dan pemakaian.
2) Sertifikasi ISO-9004-2 1991, adalah elemen manajemen kualitas dan jaminan kualitas bagian 2 yang berisikan panduan untuk pelayanan.
3) Sertifikasi ISO-9004-3 1993, adalah elemen manajemen kualitas dan jaminan kualitas bagian 3 yang berisikan panduan untuk proses material.
4) Sertifikasi ISO-9004-4 1993, adalah elemen manajemen kualitas dan jaminan kualitas bagian 4 yang berisikan panduan untuk perbaikan kualitas.
5) Sertifikasi ISO-9004-5 1993, adalah elemen manajemen kualitas dan jaminan kualitas bagian 5 yang berisikan panduan untuk perencanaan kualitas.
6) Sertifikasi ISO-9004-6 1993, adalah elemen manajemen kualitas dan jaminan kualitas bagian 6 yang berisikan panduan untuk jaminan kualitas manajemen proyek.
7) Sertifikasi ISO-9004-7 1993, adalah elemen manajemen kualitas dan jaminan kualitas bagian 7 yang berisikan panduan untuk bentuk manajemen.
8) Sertifikasi ISO-9004-8 1993, adalah elemen manajemen kualitas dan jaminan kualitas bagian 8 yang berisikan panduan untuk quality principle their application to management practices.
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 “Persyaratan standar yang digunakan untuk mengakses kemampuan organisasi dalam memenuhi persyaratan pelanggan dan peraturan yang sesuai”.
a. ISO 9001: 2000 menetapkan persyaratan-persyaratan dan rekomendasi untuk desain dan penilaian dari suatu sistem manajemen kualitas, yang bertujuan untuk menjamin bahwa organisasi akan memberikan produk (barang dan atau jasa) yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Persyaratan-persyaratan yang ditetapkan ini dapat merupakan kebutuhan spesifik dari pelanggan, di mana organisasi yang di-kontrak itu bertanggungjawab untuk menjamin kualitas dari produk-produk tertentu, atau merupakan kebutuhan dari pasar tertentu, sebagaimana ditentukan oleh organisasi.
b. ISO 9001: 2000 bukan merupakan standar produk, karena tidak menyatakan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh produk (barang dan atau jasa). Tidak ada kriteria penerimaan produk dalam ISO 9001: 2000, sehingga kita tidak dapat menginspeksi suatu produk terhadap standar-standar produk. ISO 9001: 2000 hanya merupakan standar sistem manajemen kualitas. Dengan demikian apabila ada perusahaan yang mengiklankan bahwa produknya telah memenuhi standar internasional, itu merupakan hal yang salah dan keliru, karena seyogianya manajemen perusahaan hanya boleh menyatakan bahwa sistem manajemen kualitasnya yang telah memenuhi standar internasional, bukan produk berstandar internasional, karena tidak ada kriteria pengujian produk dalam ISO 9001: 2000.
Bagaimanapun diharapkan, biasanya tidak selalu bahwa produk yang dihasilkan dari suatu sistem manajemen kualitas internasional akan berkualitas baik (standar).
Persyaratan-persyaratan dan rekomendasi dalam ISO 9001:2000 diterapkan pada manajemen organisasi yang memasok produk, sehingga akan mempengaruhi bagaimana produk itu didesain, diproduksi, dirakit, ditawarkan, dan lain-lain.
Perubahan yang signifikan dalam ISO 9001 versi tahun 2000 (ISO 9001: 2000) dibandingkan dengan ISO 9001 versi tahun 1994 (ISO 9001: 1994) adalah penggantian 20 elemen standar menjadi suatu model proses.
Model proses dari ISO 9001: 2000 terdiri dari lima bagian utama yang menjabarkan sistem manajemen organisasi, sebagai berikut:
a. Sistem manajemen kualitas (Bagian 4 dari ISO 9001: 2000)
b. Tanggung jawab manajemen (Bagian 5 dari ISO 9001:2000)
c. Manajemen sumber daya (Bagian 6 dari ISO 9001: 2000)
d. Realisasi produk (Bagian 7 dari ISO 9001: 2000)
e. Analisis, pengukuran dan peningkatan (Bagian 8 dari ISO 9001: 2000)
2. Prinsip Dasar Manajemen Mutu
Sistem Manajemen Mutu didasarkan pada penerapan 8 (delapan) prinsip manajemen mutu yang merupakan dasar penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008, yaitu:
a. Fokus Pada Pelanggan (Customer Focus)
Organisasi tergantung pada pelanggan mereka. Karena itu, manajemen organisasi harus memahami kebutuhan pelanggan sekarang dan akan datang, harus memenuhi kebutuhan pelanggan dan giat berusaha melebihi harapan pelanggan.
b. Kepemimpinan (Leadership)
Pimpinan puncak organisasi menetapkan kesatuan tujuan dan arah dari organisasi. Mereka harus menciptakan dan memelihara lingkungan internal agar orang-orang dapat menjadi terlibat secara penuh dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi.
c. Pelibatan Orang (Involvement of People).
Orang pada semua tingkat merupakan faktor yang sangat penting dari suatu organisasi dan keterlibatan mereka secara penuh akan memungkinkan kemampuan mereka digunakan untuk kemanfaatan organisasi.
d. Pendekatan Proses (Process Approach)
Suatu hasil yang diinginkan akan tercapai secara lebih efisien, apabila aktivitas dan sumber-sumber daya yang berkaitan dikelola sebagai suatu proses. Suatu proses mengubah masukan (input) terukur kedalam keluaran (output) terukur melalui sejumlah langkah berurutan yang terorganisasi.
e. Pendekatan Sistem pada Manajemen (System Approach To Management)
Pengidentifikasian, pemahaman dan pengelolaan dari proses-proses yang saling berkaitan sebagai suatu sistem akan memberikan kontribusi pada efektivitas dan efisiensi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuannya.
f. Perbaikan Berkelanjutan (Continual Improvement)
Perbaikan berkesinambung dari kinerja organisasi secara keseluruhan harus menjadi tujuan tetap dari organisasi. Perbaikan berkesinambung didefinisikan sebagai suatu proses yang berfokus pada upaya terus-menerus meningkatkan efektivitas dan/atau efisiensi organisasi untuk memenuhi kebijakan dan tujuan dari organisasi itu. Perbaikan berkesinambung membutuhkan langkah-langkah konsolidasi yang progresif, merespon perkembangan kebutuhan dan ekspektasi pelanggan sehingga akan menjamin suatu evolusi dinamis dari sistem manajemen mutu.
g. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta (Factual Approach to Decision Making)
Keputusan yang efektif adalah yang berdasarkan pada analisis data dan informasi untuk menghilangkan akar penyebab masalah, sehingga masalah-masalah mutu dapat terselesaikan secara efektif dan efisien. Keputusan manajemen organisasi sebaiknya ditujukan untuk meningkatkan kinerja organisasi dan efektivitas implementasi sistem manajemen mutu.
h. Hubungan Pemasok yang Saling Menguntungkan (Mutually Beneficial Supplier Relationships)
Suatu organisasi dan pemasoknya memiliki hubungan yang saling tergantung sekaligus saling menguntungkan. Pembinaan hubungan yang demikian akan meningkatkan kemampuan bersama dalam menciptakan nilai tambah.
3. Manfaat Penerapan Sistem Manajemen Mutu
Dalam menerapkan suatu proses di organisasi selalu memiliki mafaat, dean menurut Gasperz terdapat beberapa manfaat dari penerapan sistem manajemen mutu yaitu:
a. Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan melalui jaminan mutu yang terorganisasi dan sistematik. Proses dokumentasi dalam ISO 9001:2000 menunjukkan bahwa kebijakan, prosedur, dan instruksi yang berkaitan dengan mutu telah direncanakan dengan baik.
b. Organisasi yang telah bersertifikatkan ISO 9001:2000 diijinkan untuk mengiklankan pada media massa bahwa sistem manajemen mutu dari organisasi itu telah diakui secara internasional. Hal ini berarti meningkatkan image organisasi serta daya saing dalam memasuki pasar global.
c. Audit sistem manajemen mutu dari organisasi yang telah memperoleh sertifikat ISO 9001:2000 dilakukan secara periodik oleh registrar dari lembaga registrasi sehingga pelanggan tidak perlu melakukan  audit  sitem manajemen mutu. Hal ini akan menghemat biaya dan mengurangi duplikasi audit sistem manajemen mutu oleh pelanggan.
d. Organisasi yang telah memperoleh serifikat ISO9001:2000 secara otomatis terdaftar pada lembaga registrasi. Sehingga pelanggan potensial yang ingin mencari pemasok yang bersertifikat ISO 9001:2000 akan menghubungi lembaga rengistrasi. Jika organisasi itu telah terdaftar pada lembaga registrasi bertaraf internasional, maka itu berarti membuka kesempatan pasar baru.
e. Meningkatkan mutu dan produktivitas melalui kerjasama dan komunikasi yang lebih baik, sistem pengendalian yang konsisten, serta pengurangan dan pencegahan pemborosan karena operai internal  menjadi lebih baik.
f. Meningkatkan kesadaran mutu  dalam organisasi.
g. Memberikan pelatihan secara sistematik kepada seluruh karyawan dan manajer organisasi melalui prosedur-prosedur dan instruksi-instruksi yang terdefinisi secara baik.
h. Terjadi perubahan positif dalam hal kultur mutu dari anggota organisasi, karena manajemen dan karyawan terdorong untuk mempertahankan sertifikat ISO 9001:2000 yang umumnya hanya berlaku tiga tahun.
4. Cara Mendapatkan Sertifikat ISO 9001
Ada dua syarat untuk mendapatkan sertifikat ISO 9001:
a. Telah menerapkan sistem manajemen mutu IS0 9001:2015 sekurang-kurangnya tiga bulan.
b. Lulus audit sertifikasi.
Setelah organisasi anda menerapkan ISO 9001 sekurang-kurangnya 3 bulan, anda boleh mengajukan diri untuk diaudit ke badan sertifikasi yang dipilih. Badan sertifikasi akan meminta anda untuk mengirimkan dokumen ISO 9001 seperti pedoman mutu, kebijakan mutu, sasaran mutu, 6 prosedur wajib, prosedur kerja departemen/bagian. Anda juga diminta untuk mengirimkan bukti pelaksanaan internal audit dan rapat tinjauan manajemen.
alam membuat sebuah standarisasi yang baik, ISO tidak sembarangan menetapkannya tanpa melihat berbagai faktor. Karena hal yang terkait merupakan hal yang menyangkut masyarakat seluruh dunia, maka dari itu dalam hal ini anggota yang bekerja di ISO harus bisa memperhatikan kesetaraan mutu di setiap negara, padahal seperti yang kita ketahui bahwa setiap negara memiliki nilai tersendiri yang dianut masing-masingnya. Demi menjadikan standar yang adil maka dari itu pihak ISO tidak gegabah dan kemudian merekrut karyawan dari berbagai negara untuk bergabung dalam organisasi tersebut guna memberikan adanya keseimbangan pada setiap standarisasi yang dibuat. Salah satu standarisasi yang dikeluarkan ISO adalah iso 9001 yang merupakan sebuah standarisasi untuk mutu perusahaan dan produk yang dihasilkan.


F. TUJUAN DAN MANFAAT BIAYA KUALITAS
Tujuan Biaya Kualitas Biaya kualitas disusun oleh perusahaan atas dasar suatu tujuan yang melandasi hal tersebut. Hansen dan Mowen mengungkapkan tujuan biaya kualitas sebagai berikut :
1. Memperbaiki dan mempermudah perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan manajerial.
2. Memproyeksikan mengenai kapan biaya dan penghematan itu terjadi dan dibuat. Jadi, tujuan pembuatan biaya kualitas adalah untuk mempermudah proses keputusan manajemen.
Selain itu juga, agar perusahaan dapat memproyeksikan kapan biaya terjadi, serta agar perusahaan dapat mengefisiensikan biaya. Dengan adanya tujuan biaya kualitas, perusahaan mengharapkan agar biaya kualitas dapat dipergunakan dengan baik.
Manfaat Informasi Biaya Kualitas Menurut laporan biaya kualitas memiliki beberapa kegunaan:
1. Informasi biaya kualitas membantu para manjer melihat keuntungan financial dari cacat.
2. Informasi biaya kualitas membantu para manajer mengidentifikasikan pentingnya masalah-masalah kualitas yang dihadapi perusahaan.
3. Informasi biaya kualitas membantu para manajer melihat apakah biaya- biaya kualitas di perusahaan mereka didistribusikan secara tidak baik.
4. Pengambilan keputusan manajemen untuk pihak internal, dan bagi pihak eksternal yaitu untuk menilai kualitas perusahaan melalui program-program seperti ISO 9000.
5. Untuk menerapkan dan mengawasi efektifitas program kualitas. Jadi, manfaat biaya kualitas adalah untuk membantu manajemen menentukan laba, juga untuk mengambil keputusan strategi, serta untuk mempermudah pelaksanaan program pengendalian kualitas.  
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari uraian materi makalah ini dapat diambil beberapa kesimpulan diantaranya:
1. Biaya kualitas adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan pencegahan, pengidentifikasian, perbaikan, dan pembentukan produk yang berkualitas rendah, dan dengan “opportunity cost” dari hilangnya waktu produksi dan penjualan sebagai akibat rendahnya kualitas.
2. Secara garis besar jenis biaya kualitas dibagi menjadi dua bagian, yaitu biaya pengendalian dan biaya kegagalan. Yang termasuk biaya pengendalian meliputi dua biaya, yaitu biaya pencegahan dan biaya penilaian. sedangkan biaya kegagalan timbul selama proses produk (internal) dan pada saat  produk dikirim (eksternal).
3. Konsep biaya kualitas ialah produk yang memenuhi atau melebihi spesifikasi desain serta bebas dari cacat yang mungkin mempengaruhi penampilan atau mengurangi kinerjanya disebut sebagai produk yang memiliki kualitas kesesuaian (quality of conformance) yang tinggi.
4. Perusahaan harus dapat mengidentifikasi perilaku setiap elemen biaya kualitas secarain dividual Setiap organisasi harus menentukan standar yang tepat untuk setiap elemen secara individual. Anggaran dapat digunakan untuk menentukan besarnya standar biaya kualitas setiap elemen secara individual sehingga biaya kualitas total yang dianggarkan tidak lebihdari 2,5 % dari penjualan.
5. ISO 9000 adalah kumpulan standar untuk sistem manajemen mutu (SMM). ISO 9000 yang dirumuskan oleh TC 176 ISO, yaitu organisasi internasional di bidang standardisasi. ISO 9000 pertama kali dikeluarkan pada tahun 1987 oleh International Organization for Standardization Technical Committee (ISO/TC) 176. ISO/TC inilah yang bertanggungjawab untuk standar-standar sistem manajemen mutu. ISO/TC 176 menetapkan siklus peninjauan ulang setiap lima tahun, guna menjamin bahwa standar-standar ISO 9000 akan menjadi up to date dan relevan untuk organisasi.
6. Tujuan Biaya Kualitas Biaya kualitas disusun oleh perusahaan atas dasar suatu tujuan perusahaan yang melandasi hal tersebut. Manfaat Informasi Biaya Kualitas Menurut laporan biaya kualitas memiliki beberapa kegunaan.

DAFTAR PUSTAKA

Blocher. (2000). Manajemen Biaya. Jakarta: Salemba Empat.
Garrison, Ray H., Noreen Eric W., Brewer, Peter C. (2012). Managerial Accounting. New York: The McGraw-Hill Companies.
Garvin, David A. (1988). The Strategic and Competitive Edge. New York: The Free Press.
Gasperz, Vincent, (2002). ISO 9001 : 2000 and Continual Quality Improvement. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Hansen dan Mowen. (2001). Manajemen Biaya. Alih Bahasa: Sush Ambranim Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Hansen & Mowen. (2004). Manajemen Biaya, Edisi Bahasa Indonesia. Buku Kedua. Jakarta: Salemba Empat.
Supriyono. (1994). Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen Untuk Teknologi Maju dan Globalisasi. Yogyakarta: BPFE.
Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana. (2003). Total Quality Management. Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi Offset.

Komentar

Postingan Populer